Mawapres 2017: Jiwa Wirausaha, Hal yang Harus Dikembangkan oleh Kampus Kanayakan


Pada 11 Juli 2017 lalu, Satrio Maulana Tsubasa (3AE), mewakili Polman Bandung dalam ajang Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) tingkat Nasional yang diadakan di Surabaya, Jawa Timur. Satrio merupakan perwakilan Mawapres Polman yang lolos seleksi nasional untuk jenjang Diploma. Kami berkesempatan untuk mewawancarai Satrio di tengah waktu luangnya setelah menyelesaikan Proyek Akhir. Berikut hasil wawancara kami:

Bagaimana awal ceritanya bisa lolos jadi Mawapres Polman lalu mewakili Polman ke tingkat nasional?
Awalnya, saya mengikuti ajang Mawapres Polman yang diadakan saat Dies Natalis kemarin (bulan Maret,red). Niat awalnya sih sebenernya hanya ingin berpartisipasi dalam Dies Natalis saja. Jika tak lolos pun tidak apa-apa. Setelah gelarannya selesai, ternyata ada seleksi lagi untuk mewakili Polman ke tingkat nasional & terpilihlah 3 kandidat yang berpeluang untuk maju ke tingkat nasional. Akhirnya, saya yang terpilih jadi perwakilan Polman ke tingkat nasional. Alasannya, karena dilihat dari nilai IPK, pengalaman organisasi, prestasi yang dicapai, kemampuan Bahasa Inggris, serta dari karya ilmiah.
Sebelum ikut mawapres ini, saya juga mengikuti ASEAN Skill Competition bidang Mechatronics dan mendapatkan Juara 1 tingkat Provinsi Jawa Barat dan Juara 3 tingkat Nasional. Prestasi tersebut membantu saya menambah nilai dari segi prestasi di mawapres ini.
Karya ilmiah yang saya angkat di mawapres ini adalah proyek software yang saya kerjakan sewaktu Program Praktik Industri (PPI) di PT Yasulor Indonesia (L'oreal). Alhamdulillah, ternyata proyek ini yang menentukan lolosnya saya ke tingkat nasional.
Setelah lolos seleksi Polman, ternyata ada lagi seleksi di tingkat nasional. Saya bersaing dengan 85 mahasiswa dari jenjang Diploma se-Indonesia yang merupakan mahasiswa terbaik dari politeknik masing-masing. Dari 85 orang, diseleksi menjadi 9 finalis dan alhamdulillah saya terpilih menjadi salah satu finalis di sana. Sayangnya, saya tidak berhasil untuk mendapat gelar juara di final yang diadakan di Surabaya.

Tadi Anda berbicara soal proyek yang anda kerjakan saat PPI, boleh diceritakan proyek Anda tersebut?
Proyek saya ini adalah membuat sebuah software manajemen pabrik dan pengontrolan mesin untuk memudahkan dan menaikkan produktivitas pekerjaan manusia di sektor industri. Awalnya, saya melihat di pabrik tempat saya PPI, sistem pencatatannya masih menggunakan kertas. Pencatatan data produksinya pun masih manual oleh operator. Hal ini bisa menimbulkan kesalahan pencatatan jika tulisan tangan operator kurang terbaca atau datanya kurang akurat. Karena itu, saya mengubah sistem pencatatannya menggunakan software. Selain itu, karena ilmu yang saya peroleh saat kuliah berfokus pada otomasi, maka saya gabungkan juga dengan software pengontrolan mesin.

Berarti proyek ini mengedepankan efisiensi?
Iya, benar

Lalu bagaimana pengalaman Anda saat mengikuti babak final di Surabaya?
Tiba di Surabaya, saya bertemu dengan finalis dari kampus lain di Indonesia. Kami bercerita satu sama lain mengenai pengalaman dari masing-masing finalis. Dari cerita mereka, saya mendapatkan pengalaman-pengalaman mereka di bidang non-akademis. Saat itu, saya kaget karena mereka mempunyai prestasi yang lebih banyak dan softskill yang lebih baik daripada saya. Saya merasa bersyukur bisa menjadi salah satu finalis, karena saya yang pengalaman prestasi, organisasi, dan pengabdian masyarakatnya masih kurang karena jadwal kuliah di Polman yang sangat padat, bisa bersama mahasiswa dari kampus lain yang pengalamannya lebih banyak dari saya. Saya menjadi terinspirasi dari cerita pengalaman mereka.
Awalnya, saya memiliki motivasi untuk mengharumkan nama Polman di ajang ini. Namun ketika diadakan penilaian dari segi prestasi, saya baru menyadari bahwa untuk menjadi mahasiswa berprestasi ini tidak bisa dadakan atau dipersiapkan 1-2 bulan sebelum penilaian. Malah harusnya sudah disiapkan sejak semester pertama kuliah, baik dari mengumpulkan prestasi, mengikuti organisasi, dan melakukan pengabdian kepada masyarakat. Sedangkan, untuk karya ilmiahnya, bisa diaplikasikan dari proyek yang dikerjakan saat masa PPI. Alasannya, karena saat penilaian, karya ilmiah tersebut sudah harus teruji saat digunakan oleh masyarakat. Nah, proyek saya ini sudah diuji oleh L'oreal sejak November 2016 hingga saat ini

Menurut Anda, apa yang tidak dimiliki oleh kita sebagai mahasiswa Polman saat dilihat dari pengalaman Anda bersama finalis Mawapres kampus lain?
Pertama, waktu luang. mahasiswa Polman kuliah di kampus cenderung lama, dari pagi hingga sore. Belum ditambah dengan tugas-tugas kuliah yang sangat banyak dan menyita waktu. Sedangkan di kampus lain, mahasiswanya bisa memiliki waktu luang untuk berkarya, mengikuti organisasi. Sehingga, bagi mahasiswa yang bertekad untuk menjadi mahasiswa berprestasi, bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Kedua, pola pikir yang berbeda. Di Polman, mahasiswanya ini sepertinya cenderung dididik untuk menjadi pekerja yang disiplin. Sedangkan di kampus lain, mahasiswanya cenderung dididik untuk mengelola sesuatu dan membuatnya, serta menjadi pemlik dari sebuah usaha.

Di ajang final tersebut ada yang dari jenjang Sarjana dan Diploma. Apa pendapat Anda tersebut berlaku untuk perwakilan mahasiswa dari semua jenjang atau hanya dari mahasiswa jenjang Sarjana saja?
Saya melihat perwakilan mahasiswa dari jenjang Diploma selain Polman juga sama seperti pendapat saya barusan. Mereka sudah dididik jiwa entrepreneur & technopreneur-nya. Saya sendiri memiliki cita-cita untuk mendirikan sebuah perusahaan di bidang Information Technology (IT). Hanya saja, softskill saya belum terasa cukup dibandingkan perwakilan mahasiswa Diploma yang lain.

Apa pesan yang bisa Anda sampaikan untuk mahasiswa Polman pada umumnya, khususnya bagi yang ingin mengikuti ajang Mawapres?
Untuk mahasiswa Polman, meskipun jadwal kuliah kalian sangat padat, saya harapkan kalian memiliki jiwa wirausaha untuk melatih softskill diri sendiri. Tidak hanya terpaku dengan mata kuliah di kampus saja, karena masih banyak hal yang bisa kalian gali dari dunia di luar Polman. Mulai dari prestasi, organisasi, dan pengabdian pada masyarakatnya.

Sekarang kita bicara soal Polman. Kampus kita ini kan memiliki visi di tahun 2020 menjadi World Class Polytechnic. Dari pengalaman Anda saat menjadi finalis Mawapres, apa yang harus diperbaiki dari Polman saat dilihat dari sudut pandang umum?
Menurut saya, sepertinya sangat sulit untuk mengubah jadwal perkuliahan kita yang sudah dipakai sejak lama. Namun, ada yang bisa diubah, yaitu cara mendidik mahasiswanya, yang tidak hanya difokuskan untuk kuliah saja. Memang, kuliah itu penting. Sangat penting malah. Namun, ada hal penting lainnya yang bisa didapatkan saat kuliah, yaitu mengembangkan jiwa berwirausaha pada mahasiswa.
Selama di Polman, saya lebih sering mendengar obrolan mahasiswanya jika sudah lulus ingin bekerja dimana. Saya belum mendengar ada mahasiswa Polman yang membicarakan mengenai perusahaan apa yang ingin dibuat. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa perlu dikembangkannya jiwa wirausaha kepada mahasiswa kita.

Reporter   : Teddy S. Apriana
Fotografer : Ilham Taufik
Share di Google Plus

About Jurasicman

Jurasic Man (Journalist Association of Polman) adalah salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di Polman Bandung yang menampung minat mahasiswa di bidang jurnalistik.

0 komentar:

Post a Comment