Dikala Membangun Jurasic Man dari Awal Kembali (2)

Salah satu adegan film "Ada Apa Dengan Cinta" (Sumber: Hipwee)

Saya ingatkan dari awal, bahwa artikel kali ini akan kaya dengan dialog layaknya sebuah novel. Jadi, jangan kaget jika tiba-tiba Anda seperti membaca buku karangan penulis kondang yang akhir-akhir ini protes soal pajak sampai mogok menerbitkan buku terbarunya.

Jumat, 28 Agustus 2015, di Ruang Komputer, Gedung Rinekamaya, saat itu saya sedang ikut kumpul rutin UKM ATI. Karena minggu tersebut adalah minggu pertama bagi mahasiswa baru tingkat 1 untuk mengikuti kegiatan UKM, maka kegiatan kami saat itu adalah perkenalan UKM. Di pertengahan kegiatan tersebut, saya dipanggil oleh teman saya.

“Ted, ada yang nyariin kamu tuh!” kata temen saya.
“Siapa?” tanya saya.
“Katanya mau ikut UKM Pers”

Benar saja, saat saya keluar ruangan, terdapat 2 orang mahasiswa mahasiswi yang menunggu saya. Mereka pun menghampiri saya.

“Kang, dari UKM Pers?” tanya salah satu mahasiswi tersebut
“Iya, saya dari UKM Pers. Kalian mau gabung?” jawab saya dengan nada meragukan.
“Iya kang, kami waktu minggu kemaren ga ikut Ormawa’s Day” jawab mahasiswi yang satu lagi.

Cerita di atas adalah cerita ketika saya menyambut kedua anggota baru UKM Pers dari angkatan 2015, Ariska dan Ifa. Mereka saat itu tidak ikut Ormawa’s Day karena berbagai alasan. Ariska karena baru masuk Polman sebagai mahasiswi cadangan, sedangkan Ifa karena....... saya lupa alasannya. UKM Pers pun mereka pilih sebagai UKM pertama. Dan anggota UKM Pers pada hari Jumat itu akhirnya bertambah lagi.

Bertambah lagi? Yup, sebenarnya sebelum hari itu, saya sudah merekrut 2 anggota baru. 1 dari angkatan 2015, 1 lagi dari angkatan 2014. Mereka adalah Naufal dan Izzudin. Berbicara soal Naufal, saya jadi teringat momen ketika saya merekrut dia saat Ormawa’s Day 2015.

“Kenapa kamu ingin ikut UKM Pers?” tanya saya.
“Hmmm saya dulu terinspirasi untuk membuat mading elektronik kang,” jawab dia.
“Hmmm mading kayak apaan tuh?”
“Jadi, madingnya itu ada layar LCD-nya kang. Nanti semua informasi dalam bentuk video kita tampilin di mading itu.”

Sebuah ide yang bahkan saya sendiri belum terpikirkan saat itu. Ketika itu, saya merasa dia sudah ada peluang menjadi Pemimpin Umum UKM Pers. Yahh walaupun dia pada akhirnya terpilih karena tak ada anggota laki-laki lain yang bisa menggantikan saya secara penuh. Jika saya tidak mengajukan diri sebagai Menteri Kominfo BEM, mungkin akan beda cerita.

Semester selanjutnya, anggota UKM “favorit” Wadir 3 ini pun bertambah lagi. Menariknya, kebanyakan anggota baru ini adalah mahasiswi dan dari jurusan yang sama. Mereka adalah Dinda, Ayu, Billa, dan Ilyas. Saat menerima mereka, saya seakan sedang berada dalam film “Ada Apa dengan Cinta?”. Loh kok bisa?
Anggota baru UKM Pers ini saya andaikan sebagai kelompok mading SMA-nya si Cinta, Maura, Alia, Karmen, dan Milly. Sedangkan saya menjadi....... bukan, saya ga bakal bilang saya sebagai Rangga dalam film itu, karena pasti Pembaca semua protes. Saya ga mungkin dong bisa disejajarkan dengan Nicholas Saputra yang gantengnya masih terjaga hingga dia main di sekuel kedua film tersebut. Bahkan, orang tua saya aja pernah bilang: “Ted, kalo rambut kamu keriting, kayaknya ga pantes deh!”

Kegiatan UKM Pers pun akhirnya berkembang setelah kehadiran anggota baru ini. Dari awalnya baru sebatas jadi kontributor di buletin Obeng Polman dan majalah KM Pandawa Edisi 2016. Bahkan ketika Naufal menggantikan saya sebagai Pemimpin Umum, kegiatan UKM ini semakin variatif. Walaupun kegiatan kami sempat tersendat karena kebanyakan anggota kami dihantam “badai” respon. Maklum, mereka berasal dari jurusan yang dikenal sering respon hingga dini hari.

Seiring waktu, anggota UKM ini pun bertambah lagi dan kegiatannya menjadi semakin banyak. Ardi, Alfian, Ilham Ali, Ilham Taufik, Shafira, Dhea, Vinka, dan sekarang sudah bertambah lagi dari mahasiswa baru 2017. Euforia AADC dalam UKM ini pun perlahan buyar. Karena jika masih berlanjut, bisa jadi Riri Riza merekrut anggota UKM kami dalam sekuel ketiga film yang jeda antar sekuelnya bisa 14 tahun itu.

Mungkin Pembaca semua bertanya, apa yang membuat jumlah anggota UKM Pers bisa meningkat? Padahal dulu UKM ini dikenal hanya memiliki 1 anggota saja, yaitu saya sendiri. Bahkan bisa dibilang saya ini “one and only” di UKM Pers. Ketua iya, Wakil Ketua iya, Sekretaris iya, Bendahara iya, Pemimpin Redaksi iya, semuanya serba iya.

Jawabannya, saya sendiri tidak tahu. Namun, ketika saya berminat untuk mengisi Ormawa’s Day 2015, saya memegang prinsip: “Buatlah karya yang bagus. Karena apapun yang terjadi setelahnya, maka terjadilah”. Prinsip yang sangat kental unsur pasrahnya, namun saya imbangi dengan membuat sebuah video perkenalan UKM dengan konsep seadanya. Setidaknya, video tersebut berhasil menarik perhatian 1 orang. Iya, 1 orang saja!

Bahkan, dulu saya merencanakan untuk menjadikan UKM ini sebagai UKM pilihan sekunder saja bagi anggotanya, dan hal itu sudah saya beritahukan kepada Naufal. Namun, rencana tersebut harus batal karena kehadiran Ariska dan Ifa sebagai anggota baru. Bisa dibilang, jika saat Jumat itu mereka tidak mendatangi saya, mungkin UKM Pers ini tidak akan bisa seperti sekarang. Mereka telah turut serta dalam membangun UKM yang vakum selama 3 tahun ini. Rasanya, saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada mereka berdua. Serius ini mah...

Pertanyaan selanjutnya, apa faedahnya Pembaca semua membaca lanjutan artikel saya ini? Dibalik cerita saya saat menyambut anggota baru, bahkan hingga ngalor ngidul ke bahasan AADC (sampe-sampe gambar yang dipakai untuk artikel ini malah pake salah satu adegan film tersebut), sebenarnya ada hal yang ingin saya sampaikan kepada civitas akademika Polman Bandung, khususnya bagi yang sedang membangun kegiatan UKM atau organisasi mahasiswa lainnya.

Jangan menyerah dengan kondisi yang ada. Kita semua tidak tahu apa yang telah Tuhan takdirkan untuk organisasi yang Anda kembangkan. Karena semuanya bergantung dari usaha apa yang Anda lakukan untuk mengembangkan organisasi Anda. Ingat bung, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut tidak berusaha.

Buatlah karya yang bermanfaat untuk organisasi Anda dengan keikhlasan hati. Jangan merasa terpaksa karena Anda diwajibkan untuk membuat karya sebagai anggota dari organisasi tersebut. Niatkan dalam hati bahwa Anda berkarya semata-mata untuk kebaikan organisasi Anda di masa depan.

Memang, kampus tercinta kita seakan “memaksa” kita untuk mengikuti banyak organisasi. Tetapi jangan salah loh, mahasiswa kampus lain malah ada yang sirik dengan kita. Mereka kagum dengan kemampuan mahasiswa kita dalam membagian waktu untuk organisasi dengan akademik. Jadi, manfaatkanlah kesempatan berorganisasi di kampus Kanayakan ini untuk berkarya di luar kegiatan akademik. Kuliah itu ga harus selalu di kampus, bro.

Setelah membaca tulisan saya ini, saya harap Pembaca semua tak perlu menunggu ratusan purnama untuk mulai mengembangkan diri di organisasi mahasiswa yang ada di kampus ini maupun yang ada di luar kampus. Mantan Presiden KM ITB 2009, Ridwansyah Yusuf, pernah menekankan pentingnya berorganisasi di kampus. Menurut beliau, organisasi di kampus merupakan wadah terakhir bagi mahasiswa untuk mengembangkan hardskill dan softskill sebelum menjalani kehidupan yang sebenarnya setelah lulus nanti. Jadi, ingatlah status Anda sebagai mahasiswa, bukan sebagai “buruh terdidik”!

Catatan Redaksi: Selama bulan September, kami akan menerbitkan artikel kiriman dari Pemimpin Umum Jurasic Man 2015-2016, Teddy Sukma Apriana, setiap hari Sabtu. Artikel ini berisi kisah dikembangkannya kembali Jurasic Man Polman Bandung hingga bisa seperti sekarang. Selamat membaca.
Share di Google Plus

About Jurasicman

Jurasic Man (Journalist Association of Polman) adalah salah satu UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) di Polman Bandung yang menampung minat mahasiswa di bidang jurnalistik.

0 komentar:

Post a Comment